
Jakarta - Palu Mahkamah Agung (MA) yang menolak permohonan
peninjauan kembali (PK) Freddy Budiman membuat jaksa cepat-cepat
berangkat ke Pulau Nusakambangan, Cilacap. Dikabarkan dalam hitungan
hari tim eksekutor akan menembak mati Freddy. Siapakah Freddy?
Berdasarkan
catatan TCNews, Senin (25/7/2016), sejarah Freddy susah terlacak.
Jejak hidupnya hanya bisa didapati dari diceritakan teman-temannya yang
juga mendekam di penjara.
"Saya sudah kenal Freddy Budiman alias
Budi sebagai bos saya. Sebelumnya sama-sama berprofesi sebagai tukang
copet di Surabaya," kata Ahmadi (38).
Tukang copet itu digeluti
Freddy pada akhir 80-an menuju 90-an awal. Freddy dan Ahmadi sama-sama
beroperasi di terminal-terminal di Surabaya. Pada 90-an awal, keduanya
hijrah ke Jakarta. Ahmadi dan Freddy tetap sebagai tukang copet. Profesi
mereka lalu berkembang yaitu Ahmadi nyaru menjadi penjaga toilet,
padahal jualan narkoba. Barang haram itu ia dapati dari Freddy, tukang
copet yang merambah menjadi penjual sabu, ekstasi, kokain dan
sejenisnya.
Freddy akhirnya tertangkap petugas dan dijebloskan ke
penjara pada 1997. Tapi penjara bukannya mengajari Freddy kembali ke
jalan yang benar, ia malah menjadi pemain kakap.
"Saya sudah di LP sejak 1997 karena menjadi pengedar," kata Freddy.
Ahmadi
kembali bertemu Freddy saat membesuk temannya di LP Cipinang pada 2011.
Setelah itu, keduanya kembali menjaliln komunikasi. Pertemanan lama
yang sempat terputus pun kembali dijalin erat.
"Saya sering mengantarkan makanan ke Freddy di LP Cipinang," cerita Ahmadi,
Kedekatan
ini berubah menjadi simbiosis mutualisme. Freddy menjadikan Ahmadi
sebagai kaki tangannya di luar penjara untuk menggerakkan roda bisnis
narkobanya. Freddy pun mandi uang dalam penjara.
"Dari LP saya masih dapat mengendalikan jual beli narkoba melalui anggota saya," ujar Freddy.
